Bahan
Khotbah : Ibrani 9:27
“ Dan sama
seperti manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi ”
PENDAHULUAN
Setiap orang
memang akan menghadapi kematian, karena kematian memang adalah bagian alami
dari hidup ini. Namun bagi kita orang-orang percaya, Alkitab berkata bahwa
kematian adalah suatu keuntungan dan bukan hal yang menakutkan.
Setidaknya ada
dua hal yang menjadi penghiburan kita sebagai orang percaya. Pertama
: Manusia tidak akan mati selama-lamanya. Jadi perpisahan kita dengan orang
yang kita kasihi yang saat ini telah meninggalkan kita hanyalah sementara saja.
Suatu saat, kalau kita tetap setia, kita akan dipertemukan dengan dia di Sorga Tuhan
yang penuh kemuliaan. Saat ini, dari tempat tinggi, kita tetap dilihat oleh
orang yang kita kasihi. Beliau akan sedih ketika melihat kita berlaku buruk.
Sebaliknya Beliau akan tersenyum bahagia, manakala kita berlaku baik dan setia. Kedua
: Tuhan Yesus mengerti perasaan kita. Seperti kisah Lazarus yang meninggal
sempat tertulis, maka Yesuspun menangis.(
Yoh 11:35 ). Itu adalah bukti bahwa Tuhan
bersedih atas apa yang kita alami. Yesus akan
senantiasa memberikan penghiburan bagi kita. Penderitaan yang kita alami
hanyalah sementara, sedangkan
penghiburan-Nya abadi selamanya.
Ada sebuah kisah
yang mengingatkan kita juga bahwa semua yang terjadi akan berlalu, sehingga
kita perlu seimbangkan supaya hidup yang penuh damai, berkat bisa kita miliki.
Kisahnya adalah sebagai berikut
INIPUN
AKAN BERLALU
Ada seorang
petani kaya mati meninggalkan kedua putranya. Sepeninggal ayahnya, kedua orang
ini hidup dalam satu rumah, sampai suatu hari mereka bertengkar dan memutuskan untuk berpisah dan membagi
dua harta warisan ayahnya. Setelah harta
terbagi, ternyata masih ada satu kotak yang selama ini disembunyikan oleh ayah
mereka.
Mereka kemudian
membuka kotak itu dan menemukan dua buah cincin didalamnya, yang satu terbuat
dari emas bertahtakan berlian, dan yang satu terbuat dari perunggu murah.
Melihat cincin berlian itu,timbulah keserakahan sang kakak. Dia
menjelaskan,”kurasa cincin ini bukanlah milik ayah, namun warisan turun-temurun dari nenek moyang kita. Oleh
karena itu, kita harus menjaganya untuk anak cucu kita.
Sebagi
saudara tua, aku akan menyimpan yang
emas dan kamu
simpan yang perunggu.”
Sang adik tersenyum dan berkata “
baiklah, ambil saja yang emas, aku ambil yang perunggu”. Keduanya mengenakan
cincin tersebut di jari masing-masing
dan berpisah. Sang adik merenung, “ Tidak
aneh
kalau ayah menyimpan cincin berlian yang mahal itu, tetapi mengapa ayah
menyimpan cincin perunggu murahan ini juga?” Dia mencermati cincinnya dan
menemukan sebuah kalimat terukir dicincin itu “ INIPUN AKAN
BERLALU ”.Sang adik tersebut berpikir, “ oh.. rupaya ini mantra ayah…,” sambil memasukkan kembali cincin itu
kembali ke jarinya.
Kakak-beradik
tersebut mengalami jatuh bangunnya kehidupan. Ketika panen berhasil, sang kakak
berpesta-pora, mabuk-mabukan, lupa
daratan. Ketika panen gagal dia menderita tekanan batin, tekanan darah tinggi,
berhutang sana- sini. Demikian terjadi
dari waktu ke waktu sampai kemudian
dia kehilangan keseimbangan batin,
sulit tidur dan mulai
mengkonsumsi obat-obat penenang. Akhirnya dia terpaksa
menjual cincin berliannya untuk membeli
obat-obatan yang membuat dia ketagihan.
Sementara itu,
ketika panen berhasil, sang adik mensyukurinya, dan dia selalu teringat akan
tulisan yang ada dicincinnya “ INIPUN AKAN BERLALU”. Jadi diapun tidak menjadi sombong dan lupa daratan. Sebaliknya
ketika panen gagal, diapun ingat bahwa “ INIPUN
AKAN BERLALU” sehingga iapun tidak
larut dalam kesedihan. Hidupnya tetap saja naik-
turun, kadang berhasil, kadang gagal dalam segala hal,namun dia tahu bahwa
tiada yang kekal adanya. Semua yang datang, hanya akan berlalu. Dia tidak
pernah kehilangan keseimbangan batin, hidupnya tentram, seimbang dan bahagia.
Inilah
hidup sebagai manusia seperti rumput
dipadang yang mati dan berganti setiap hari. Relasi bisa datang dan pergi tanpa
pernah bisa berhenti. Kemanusiaan
yang terbatasi oleh banyak hal. Semua pasti akan berlalu, ada waktu untuk
mencintai,ada waktunya untuk dicintai. Untuk segala sesuatu ada waktunya.
Semua ada
waktunya.
Pengkh 3:1-2 mencatat “ Untuk
segala sesuatu ada
masanya,untuk apapun
dibawah langit ada waktunya.
Ada waktu
untuk
lahir
dan ada waktu untuk mati.. ”
. Menyadari bahwa tidak ada yang kekal diduna ini, maka kita harus selalu rindu
untuk dekat dengan Tuhan.
Kiranya
Tuhan senantiasa menguatkan iman
kita. Tetaplah bersuka-cita
dan bersyukurlah senantiasa.
sumber : NN