Surat Korintus 1
dan 2
Sejarah
Surat Paulus yang
Pertama kepada Jemaat di Korintus merupakan salah satu dari ketiga surat
(1 & 2 Korintus serta Roma) yang menempati
posisi sentral dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[28] Surat
Korintus yang pertama ditulis setelahPaulus menerima
kabar buruk dari orang-orang Kloe.[29] Berita buruk
tersebut adalah timbulnya persoalan-persoalan, seperti keikutsertaan jemaat
Korintus dalam upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang
kafir dan pelacuran. Selain masalah-masalah etis dan moral, surat ini juga
merupakan surat penggembalaan untuk menegur jemaat di Korintus yang memiliki
berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan yang lainnya
saling menyombongkan diri. [30]
Korintus,
sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani
yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada
masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara
materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang
terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.
Bersama
dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan
pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan
adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus
meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih
muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui
surat-menyurat dan kunjungan pribadi.
Surat
1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis
18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat
di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas
berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1;
1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas
berita dan surat
yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.
Muatan
Teologis
1. Jemaat harus
menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan
Mengingatkan
jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati
sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara jemaat merupakan
perhatian utama Paulus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena dalam
jemaat timbul beberapa alasan yang membuat perpecahan itu, pertama adanya
berbagai ajaran yang membuat jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1
Kor.3:3). Kedua, orang yang "kuat" mencari kesenangan sendiri dalam
ritual penyembahan berhala, sehingga mereka tidak memperhatikan keadaan orang
"lemah" (1 Kor.10:33), kemudian yang ketiga adanya orang-orang
tertentu yang melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang yang
datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1
Kor.11:17-34), dan yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang yang
saling membanggakan karunianya masing-masing. Dalam peringatan ini juga, Paulus
menggunakan metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk memberitahu
jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.[32]
2. Hidup kudus
sebagai tubuh Kristus
Sabagai umat
Allah, (1 Kor.1:24; 10:32) jemaat harus menunjukkan hidupnya dalam kekudusan.
Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah kagi "orang
biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan, dikuduskan
serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. Peringatan ini
diberikan oleh Paulus karena banyak dari anggota jemaat yang terlibat dalam
hubungan seks, bahkan hubungan seks sesama anggota keluarga, padahal mereka
belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada juga yang datang ke kuil-kuil untuk
dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual penyembahan berhala.[33] Sebenarnya
prkatek-praktik kejahatan dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak dilarang,
bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu sedang terkenal istilah
"tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga jiwa dengan
memenuhi keinginan tubuh mereka. Untuk menanggapi persoalan bergaul dengan
pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26&32 bahwa selain merusak, hal itu
juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri. Kedua, menanggapi
slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah
dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu jemaat harus
memuliakan Allah dengan tubuhnya.[34]
3. Kebangkitan orang
mati
Permasalahan ini timbul ke permukaan
disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor.
15:12) serta bagaimana kebangkitan itu terjadi (1 Korintus 15:35). Masyarakat Roma
memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa dari tubuh. Maka dari itulah
jemaat Kristen di Korintus tidak percaya akan hal ini, karena pemahaman mereka
yang masih dipengaruhi oleh Helenistik yang
mengatakan bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe
dari suatu keberadaan yang tidak bertubuh. Maka tanggapan Paulus akan hal ini
menegaskan bahwa orang yang sudah mati dapat bangkit sekalipun tubuh jasmaninya
(soma psychicon) telah hancur, karena menurutnya kehancuran tubuh
jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian yang dikenal
Allah (soma pneumatikon). Melalui masalah kebangkitan ini, Paulus juga
ingin memberitahu pada jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman
yang sama yaitu iman di atas Yesus Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga
dari antara orang mati. Lewat pemberitaan ini, Paulus menghubungkan bahwa
antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan orang percaya pada masa depan tidak
terpisahkan. Ketidakterpisahan ini dikatakan Paulus bahwa kematian orang-orang
percaya tidak akan binasa, karena mereka mati bersama Kristus dan kematiannya
tidak menjadi binasa karena kebangkitan Kristus. Selanjutnya, Paulus juga
memberikan perhatiannya pada kebangkitan orang percaya pada masa depan. Ia
menegaskan bahwa tanpa kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1
Kor.15:18,19).[35]
sumber : Vivin Lindayani
No comments:
Post a Comment